Minggu, 11 Oktober 2015

Persatuan yang menggetarkan

Takkala Muhammad bin Al-Qasim Rahimahullah membuka kota Sayustan, maka datanglah kepadanya seorang mata-mata untuk kaum Junah (yang tinggal di suatu desa di daerah Sayustan). Lalu dia masuk ke perkemahan Arab untuk membacakan beberapa pengumuman. Kemudian tibalah waktu shalat. Maka salah satu diantara tentara kaum Muslimin mengumandangkan adzan dengan suara yang sangat indah penuh dengan kekhusyukan lagi menyentuh hati. Kemudian berbarislah semua komandan dan tentara pada shaf (barisan) yang sangat panjang lagi sangat teratur dan rapi di belakang panglima mereka, sang imam, seorang pemuda yang shalih  dialah Muhammad bin Al-Qasim untuk melaksanakan shalat sebagaimana biasanya.

Muhammad bin al-Qasim, Adalah seorang jenderal Umayyah yang menaklukkan Sindh dan Multan daerah sepanjang Indus sungai (sekarang menjadi bagian dari Pakistan) untuk Kekhalifahan Umayyah.saat penaklukan semenanjung india umurnya belum 20 tahun(gbr.wikipedia)
Takkala seorang laki-laki as-Sindi melihat tata cara seperti ini, maka masuklah ke dalam hatinya perasaan heran bercampur takut yang sangat aneh. Lalu diapun pergi menuju kaumnya untuk mengabarkan keadaan mereka dengan apa yang dia lihat. Dia menceritakan kepada kaumnya tentang perasaannya yang belum mendapati penjelasan yang jelas. Maka masuklah ke dalam hati mereka (kaumnya) rasa takut, lalu mereka mengatakan, “Apabila orang Arab bersatu dan berpegang teguh dengan bentuk semacam ini, sedangkan ini adalah waktu yang sangat genting, maka tidaklah mungkin mereka untuk bisa dikalahkan sampai kapanpun.”
(Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami li Biladi Sindi oleh Dr. Abdullah Ath-Tharazi 1/175 dan 358)

Mutiara Kisah

1. Tidak boleh meninggalkan shalat sekalipun di saat yang sangat genting (misalnya di saat peperangan sedang berlangsung) dan juga dalam keadaan sakit, tetaplah shalat diwajibkan.

2. Hendaknya pemimpin menjadi imam dalam shalat karena seorang pemimpin lebih berhak untuk menjadi imam.

3. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memasukkan rasa takut ke dalam hati musuh disebabkan ketaatan hamba Allah.

4. Shalat itu adalah sebagai ajang untuk menampakkan kesatuan dan persaudaraan, serta bersatunya kaum Muslimin seakan-akan mereka ini adalah satu jasad.

5. Telah masuk di hati seorang laki-laki as-Sindi perasaan yang mengherankan dan perasaan takut yang aneh disebabkan karena shalat. Oleh karenanya, Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ....

Dan mohonlah dengan  sabar dan shalat...(2:45)  

6. Keutamaan shalat jama’ah.

Di antaranya adalah hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:


عَنِ ابْنِ عُمَرَرضى الله عنه  أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ: (صَلاَةُ اْلجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

“Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Shalat jama’ah itu lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian’.” (Muttafaq ‘alaihi)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang pergi ke masjid maka Allah akan sediakan baginya tempat di surga selama dia pulang pergi ke masjid.” (Muttafaq ‘alaihi)

Disalin dari Majalah Al-Furqon, Edisi ke 4, Tahun ke 12, Dzulqo’dah 1433H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar